HIKAYAT DATUK LINTAH JALANG
*BY WELI SYAPITRI *
@ FROM
CERENTI @
Menurut hikayat (
sagen and legend) Lintah Jalang nama aslinya adalah Tajuddin atau digelar pula
“ bujang nan panjang “ adalah anak dari perkawinan Hainan Dt.bido Ruhun (ayah) dengan Zainim digelar Suri Saruni
(ibu). Dilahirkan pada pertengahan abad
ke 16 di Koto Cerenti dan kemudian menetap bersama orangtuanya diKampung Pulau
Bayur. Alkisah , pada saat lahir dari kandungan ibunya, ternyata ada beberapa
keanehan yaitu : waktu keluar dari rahim ibunya berada dalam keadaan terbungkus
dan pembungkus itu tidak mau lepas dan tetap menyatu dengan kulit badan, dan
keajaiban kedua,terlihat pula dilidahnya terdapat tanda bergaris hitam seperti
lintah sawah. Anak lelaki pertama dari suami istri Hainan dengan Suri
Saruni lalu diberi nama “Tajuddin”. Disaat usianya menanjak remaja ,
Tajuddin selalu menghabiskan waktu bermain main, pergi pagi pulang sore (
jalanh atau liar ),akhirnya tanda garis hitam seperti lintah yang ada dilidah
dengan kelakuannya sehari hari sangat
liar ( jalang ),maka orangtuanya selalu memanggil anaknya dengan sebutan “
LINTAH JALANG “.
Konon
pada suatu hari untuk memenuhi tuntutan ajaran agama islam, orang tua lintah
jalang melaksanakan acara “ sunatan “ anaknya. Setelah dukun sunat membaca Asma
Allah dan Kalimat Syahadat, pisau sembilu yang tajam diiriskan ke ujung pelipis
kemaluan Lintah Jalang, tetapi tidak mempan dipotong dan tidak setetes darah
pun keluar. Berkali kali dicoba tapi tidak juga putus dan akhirnya kemaluannya
tetap utuh tidak dapat disunat. Merenung kejadian ini si ayah Hainan
berpikir,bahwa anaknya dulu dilahirkan terbungkus ari ari lemak,dan itulah
sebabnya tubuh lintah Jalang “kebal”. Kedua orang tuanya hanya dapat berpasrah
kepada Allah SWT Maha Pencipta dan berdo’a untuk keselamatan anaknya Lintah
Jalang dan setiap hari diajari mengaji, Sholat lima waktu dan berperilaku
terpuji. Setelah mulai menginjak usia dewasa ( 17 tahun ) kedua orang tua
tempat berlindung ,meminta kasih sayang,meminta nasehat dan pituah, berturut
turut meninggal dunia dipanggil Allah SWT.
Tinggallah
Lintah Jalang bersama dua orang adiknya perempuan bernama Putih Linun dan Putih
Salimah. Cobaan hidup yang menimpa tidak pernah henti, setiap hari Lintah
Jalang dihina oleh teman temannya ,dan dikucilkan dari pergaulan mereka.
Akhirnya
Lintah Jalang mengambil keputusan bersama kedua adiknya untuk pindah
meninggalkan Kampung halaman dan pergi kehutan sekitar “ Topian Tabobak”
diseberang Kampung Teluk Pauh,dan karena terasa masih dekat dengan Kampung
Pulau Bayur,kemudian memutuskan lagi pindah ke hutan sekitar “sungai duit “
Kampung Pasikaian.
Pada
suatu hari Lintah Jalang berburu ke hutan Teratak Siampo , ia mendengar suara
jeritan perempuan, lalu ia mendekat dan ia melihat seorang gadis cantik yang
sedang ketakutan melihat seekor babi hutan dibelit seekor ular besar. Si
gadis kemudian diantar kerumahnya dan
memperkenalkan diri bernama “ Putri Komang “.
Perkenalan
tersebut berlanjut dengan perasaan cinta –mencintai ,dan putuslah makrifat
untuk melamar Putri Komang kepada ibu bapaknya. Ternyata cobaan datang lagi,
lamaran Lintah Jalang ditolak mentah-mentah. Mengingat kasih telah tertanam,
cinta telah bersemi, akhirnya kedua remaja ini sepakat melarikan diri dan
melangsungkan pernikahan.
Setelah
melangsungkan pernikahan kemudian Lintah Jalang dan istri menetap di Teratak
Siampo dan bersama masyarakat selalu berzikir,wiritan dimesjid,bahkan sering
pula tidutr di mesjid.
Setelah
Lintah Jalang menikah ( 10 tahun ) barulah dikaruniai dua orang anak kembar,
anak anaknya setelah dewasa selalu membantah ajaran orang tuanya , terutama
ajaran islam. Konon kabarnya setelah Lintah Jalang wafat, ia menjelma lagi
hidup kedunia dalam wujud orang halus ( “JIN”), yang kemudian dikenal dengan
“JIN LINTAH JALANG”.sebagai ruh halus ,Lintah Jalang telah pula dihubungkan
secara “magis religious” dengan pendirian Mesjid Jamik di Koto Cerenti pada
awal abad ke 18 dan pembuatan “perahu kuyuang” ( perahu jalur ).
HIKAYAT NENEK RUBIAH
*By
weli syapitri*
@ From
cerenti @
Menurut
hikayat,dimasa dahulu ada seorang perempuan bernama Rubiah yang tinggal
disekitar Kuala Sungai Cerenti di seberang ujung Kampung Pulau Bayur yaitu di
Hutan Tebing Tinggi. Beliau mempunyai suami yang dalam hikayat tidak diketahui
namanya. Tatkala nenek Rubiah mengandung 3 bulan, ia mengidam mau makan daging
Pelanduk bunting jantan. Suaminya tiap hari merasa hiba hati pada istrinya
Rubiah karena mau makan daging Pelanduk bunting jantan tersebut,dan menurut
sang suami kemana Pelanduk itu mau dicari . karena didesak Rubiah tiap bangun
tidur pagi hari,lalu si suami memutuskan untuk mencari Pelanduk tersebut
dikawasan hutan ,dan perbekalan dalam perjalanan disiapkan istrinya Rubiah.
Berminggu-minggu, berbulan-bulan memasuki hutan belantara yang lebat puaka
sakti,mulai dari kawasan hutan Ibul,Sungai Toreh sampai ke hutan Gumanti dan ke
perbatasan kediaman orang-orang Kubu di hutan Batang Hari Jambi,Pelanduk
bunting jantan tidak juga ditemukan dan akhirnya si suami memutuskan untuk
tidak pulang kerumah istrinya sebelum Pelanduk tersebut ia dapatkan.
Alkisah
nenek Rubiah yang tinggal merasa merana sendirian dirumah mengerang kesakitan
karena hendak melahirkan. Suami yang pergi tidak pulang-pulang, bayi di perut
tidak mau keluar dari rahim nenek Rubiah sampai akhirnya ia meninggal dunia
bersama bayi dalam kandungannya.
Cerita
tentang nenek Rubiah sampai kekampung-kampung ( Pulau Bayur, Koto, Pulau Jambu)
apalagi ia dikatakan nenek yang sakti mandraguna, karena setiap orang melihat
nenek Rubiah mandi ditepian batang kuantan,maka air batang kuantan menjadi
bergemuruh karena hamparan riak gelombang yang oleh penduduk waktu itu disebut
“Lubuak Carano”. Dilubuk carano ini didiamiseekor buaya putih dan seekor ular
besar yang sering timbul pada bulan purnama,karena dimalam-malam bulan purnama
tersebut nenek Rubiah selalu duduk berurai rambut ditepian mandi di lokasi
lubuak carano tersebut. Buaya putih dan ular besar penghuni Batang Kuantan di
Lubuak Carano tersebut adalah menjaga “Induk Emas” yang dipelihara nenek Rubiah.
Setelah
nenek Rubiah wafat dan secara pasti tidak diketahui dimana kuburannya, karena
ada yang mengatakan ia meninggal di dalam rumah gubuk tinggalnya dan ada pula
yang mengatakan ia terjun kedalam Lubuk Carano karena merasa kesal suaminya
tidak pulang-pulang dan bayi dalam kandungan juga tidak mau keluar dari
rahimnya.
Beberapa tahun setelah nenek
Rubiah wafat,setiap orang naik perahu
atau motor air melewati Lubuak Carano, maka air batang kuantan disekitarnya
menjadi bergelombang kuat dan berputar-putar,dan banyaklah orang-orang yang
tenggelam bersama perahu-perahunya ,namun tidak ada yang menjadi korban
(meninggal ).
Sumber : Buku
mendulang butir-butir & adat istiadat
MASYARAKAT MELAYU CERENTI
Oleh : H. Edward Arfa SH
DISUSUN OLEH : WELI SYAPITRI
KELAS : X 2
TUGAS :MULOK
1 komentar:
Hi Selamat siang guys, Masih Bingung Dan Ragu Pilih Agen Poker & DominoQQ Yang Terpercaya?
PIN BB : D61E3506
👉 Whatsapp : +85598249684
👉 L ine : Sinidomino
dewa poker
Posting Komentar